2010年2月27日星期六

Cara Berbakti Kepada Orang Tua

Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.

Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya ‘udzubillah.

Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.

Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.

Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.

Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-Baqarah ayat 215.

“Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui”

Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.

“Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]

Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.

Kelima.
Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :

Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.

Yang kedua : Adalah mendo’akan kedua orang tua kita.

Dalam sebuah hadits dla’if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya” [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]

Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :

[1] Mendo’akannya
[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] Membayarkan hutang-hutangnya
[5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
[6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya

[Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]

Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma.

“Artinya : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]

Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, “Semoga Allah membereskan urusanmu”. Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhumua berkata, “Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Artinya : Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya” [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]

Tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal 213-216, cet. Darul Ma'arif 1424H]

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]

2010年2月25日星期四

Kebiasaan Yang Indah

Pada suatu malam ditengah melajunya taksi seorang penumpang menepuk bahu Pak Sopir dengan maksud untuk berhenti. ‘Mas, maaf kiri ya?’ tanpa disangka sopir taksinya terkejut dan tanpa sengaja menginjak gas. Beruntunglah mereka selamat tidak terjadi kecelakaan apapun.

Setelah taksinya berhenti, Pak sopir mengatakan kepada penumpangnya, ‘Pak, lain kali jangan tepuk bahu saya, sungguh pak, saya terkejut.’ Kata Pak Sopir dengan wajah pucat.

‘Memangnya kenapa Mas?’ tanya penumpangnya.

‘Masalahnya saya baru malam ini jadi sopir taksi,’jawab Pak Sopir Taksi.

‘Memangnya sebelumnya kerja dimana Mas?’ tanya penumpangnya kembali.

‘Sebelumnya saya sepuluh tahun sebagai sopir mobil jenazah Pak..’ Jawab Pak Sopir Taksi yang masih nampak ketakutan.

Begitulah kebiasaan membentuk kepribadian seseorang. Kebiasaan yang baik akan membuat hidup kita menjadi indah. Demikian halnya kebiasaan yang buruk akan membuat hidup kita menjadi penuh ketakutan. Membiasaan dalam perbuatan baik selain membawa ketentraman hari, kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup kita.

Pembiasaan adalah salah satu cara untuk mendidik diri kita dan juga mendidik anak-anak kita. Begitulah kami, di Rumah Amalia membiasakan anak-anak Amalia berlatih sabar dan sholat agar senantiasa berpikir positif, bertutur yang baik sehingga melahirkan tingkah laku yang penuh cinta dan kasih sayang bagi sesamanya. Hal yang paling utama menanamkan ketakqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sejak dini.

----
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sangat berat kecuali bagi orang yang khusyu' (QS Al-Baqarah:45).


Wassalam,

Ubahlah Bencimu Menjadi Cinta

Berteman dengan siapapun buat saya adalah sesuatu yang menggembirakan. Banyak mutiara hikmah yang berserakan dimanapun justru yang muncul dari orang-orang yang sederhana. Salah satunya penjual sate ayam. Awalnya saya mengenalnya dibulan suci ramadhan beberapa tahun yang lalu. Orang Madura ini baik dan ramah. Itulah yang membuat dagangan satenya menjadi ramai.

Pada suatu hari dia bertutur bahwa pada saat bulan tertentu seperti bulan ramadhan dirinya bisa kuwalahan melayani pembeli. Sampai dia mengajak sanak saudaranya ikut membantunya berjualan, termasuk bapaknya sendiri. Katanya, pada satu sore para sudah banyak pembeli yang mengantri. Bapak dan saudara-saudara sibuk melayani sementara dirinya pulang untuk mengambil lontong dan sate ayam dirumah.

Sekembali ke warung dan pembeli sudah mulai berkurang. Adzan maghrib berkumandang. Sang bapak menghampiri dirinya dan mengatakan kalau kotak uang penjualan hari ini telah hilang diambil orang. Sebagai gantinya bapaknya bersedia bekerja selama ramadhan tidak usah
digaji.

Hari telah berlalu, seminggu kemudian. Abis jelang adzan maghrib ada seorang pemuda pesan sate ayam beserta lontong. Bapaknya langsung melayaninya. Orang itu dilayani dengan istimewa, membuat anaknya menjadi heran, kenapa bapak memperlakukan dia sangat istimewa. Mulai dari membakarkan sate, menyiapkan lontongnya, teh hangatnya dengan sangat ramahnya.

"Bapak, siapakah dia? Kenapa bapak melayani dengan sangat istimewa?'

Apa dia pejabat kelurahan?" Katanya penuh keheranan.

"Bukan. Dia adalah yang mengambil kotak uangmu tempo hari." Jawab bapaknya.

'Mendengar jawaban bapak seperti itu rasanya darah saya mendidih. Pengen rasanya saya luapkan amarah saya pada orang itu.' tutur Sang Penjual sate.

'Tapi bapak saya mencegahnya dengan mengatakan. 'Jangan kamu luapkan amarahmu. Dia adalah guru sejatimu sebab dari dialah, dirimu bisa belajar mengubah bencimu menjadi Cinta.' lanjutnyanya, matanya nampak berkaca-kaca, bebarapa kali tangannya mengusap air mata yang yang jatuh dipipinya untuk memahami makna hidup yang diajarkan oleh ayahnya tentang mengubah benci menjadi cinta. Subhanallah..

---
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui' QS. Al Baqarah : 216

Wassalam,

Pintu Hati Yang Terbuka

Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu membukakan pintu hati hamba-hamba-Nya dengan melalui berbagai cara, salah satunya yaitu melalui tutur kata sang buah hatinya. 'Kenapa papa tidak pernah menjadi imam sholat bagi kami?' begitulah tutur seorang bapak kepada saya. Ditengah kesibukan dirinya di kantor, perasaan resah dan gelisah menjalar dihatinya. 'Yang bisa merasakan kegelisahan itu hanya saya sendiri Mas Agus. Saya tidak sanggup untuk mengungkapkan seperti apa keresahan,'ucapnya.

Keresahan yang menyandarkan bahwa tonggak keimanan saya selama ini terbalut rasa percaya diri yang begitu besar. Bahwa saya bisa mengatasi kesulitan sebesar apapun masalah yang sayang hadapi. Saya sanggup membangun diri tanpa bantuan siapapun dan terbukti berhasil. Saya tidak pernah berpikir bahwa semuanya ini sesungguhnya karunia Ilahi. tuturnya dengan penuh berlinangan airmata. Malam itu anak-anak Amalia terdengar suara mengaji. Beliau sempat terdiam sejenak membacakan surat alfatehah untuk kedua orang tuanya yang lama tiada. 'Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengampuni dosa-dosa saya ya mas..'ucapnya.

'Sebagai wujud rasa syukur kehadirat Ilahi, saya mencoba untuk berbuat kepada orang lain dan karyawan-karyawan saya. Hal itu saya lakukan karena saya tidak mengerti tata cara beribadah dan berdoa menurut keyakinan yang diwariskan bapak dan ibu saya' lanjutnya. Saya memberikan kebebasan bagi semua karyawan. Bagi saya, mereka adalah parnter kerja saya. Saya tunjukkan kepada mereka bahwa kedudukan mereka dan saya sama saja. 'alhamdulillah, apa yang saya lakukan mendatangkan manfaat bagi kemajuan perusahaan.'

Bayang-bayang keindahan masa kecilnya begitu indah. Bila didalam kamar seorang diri, seringkali merindukan suara-suara ayat suci al-quran. Saya juga merindukan gema adzan. Tahun lalu saya terkejut, tanpa saya duga kedua anak saya protes. Mereka mengatakan kepada saya kenapa papa tidak pernah mau menjadi imam salat. 'Rasanya saya bagaikan tersambar petir disiang bolong. Hati saya terasa perih Mas..'tuturnya lirih. matanya lembab memerah.

'Malam-malam berikutnya kegelisahan semakin bertambah menjadi-jadi. Saya tidak bisa tidur. Perkataan anak-anak saya menjadi beban dan rasa malu buat saya justru menjadi motor penggerak saya untuk menunjukkan saya ke jalan yang di ridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.'

Pelan-pelan saya menghampiri istri saya yang dari tadi memperhatikan kegelisahan yang saya alami. 'begini mah..saya berniat mulai hari ini untuk menjalankan ibadah salat. Mamah bimbing saya ya..' terangnya. Ada kesejukan sejak pertama kali saya menjalan ibadah salat bersama istri saya. Duduk bersimpuh dihadapanNya. Tangis saya dan istri seolah tiada henti begitu membahagiakan bagi kami berdua,' tuturnya.

'Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami kejalan yang lurus dan jalan yang Engkau ridhoi' Itulah doa yang saya panjat berulang-ulang. Airmata kami terus mengalir, saya merasakan kepasrahan yang paling dalam. Kini saya merasakan benar-benar makna Inna shalati wanusuki wamahyaya wa mamati lillahi robbil alamin..Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta Alam.' Ucap beliau. Malampun semakin larut, kepasrahan terlihat jelas diwajahnya. Allah telah membukakan pintu hati melalui ucapan sang buah hatinya. SUbhanallah..

Wassalam,

Jodoh & Shodaqoh

Membantu ta'aruf (perkenalan) diantara teman-teman dan akhirnya menikah buat saya adalah kebahagiaan tersendiri. Diantara Sekian banyak pasangan yang sudah menikah, masih ada yang suka bersilaturahmi ke Rumah Amalia. Niat yang tulus membantu anak-anak Amalia tidak pernah terputus.

Dulu sebelum saya memperkenalkan mereka berdua, saya selalu menyarankan agar mendekatkan kepada jodohnya supaya sering-sering melakukan shodaqoh. Ikhwan itu bertanya, 'Kenapa Mas Agus..kita harus sering bershodaqoh?'

Kemudian saya menjelaskan, Ada seorang Sahabat, 'Wahai Rasulullah, berilah kami resep hidup bahagia,' Rasulullah menjawab. 'Antashaddaqa wa anta shahiihun syakhikhun takhsya al-fakra wa ta’muli al-ghina' artinya, Bersodaqohlah di kala kamu masih sehat, sementara hidup mu masih serba kekurangan dan kamu sendiri ingin menjadi kaya. (HR. Bukhori & Muslim).

Mengapa Rasulullah mendorong kita bershodaqoh ketika masih sehat? Sebab kenyatannya orang yang sehat itu sering tidak sadar, lupa bahwa sehat itu karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Lupa diri inilah pangkal dari tindakan ceroboh, sembrono, tidak hati-hati dan tentu juga kurang produktif. Biasanya, kesadaran akan berbuat baik, termasuk bershodaqoh, baru muncul ketika kita dalam kesulitan, penderitaan atau terdesak. Begitu menyadari punya banyak dosa muncul keinginan taubat, berniat untuk memperbanyak shodaqoh sebagai ungkapan syukur, jika nanti sudah dapat jodoh, bila sudah sembuh atau bila nanti sudah jadi orang kaya baru berniat untuk berbuat baik dan bershodaqoh.

Alhamdulillah, sejak Ikhwan ta'aruf atau perkenalan dan niat penuh keikhlasannya untuk shodaqoh karena Allah semata. Ikhwan itu telah bertemu dengan jodohnya, tidak sampai tiga bulan akhirnya mereka bersepakat untuk menikah beberapa bulan kemudian. Barakallahu lakum..

Wassalam,

Air Mata Syifa

Pada suatu malam, anak-anak Amalia sedang belajar mengaji. Saya mengajar beberapa anak membaca al-Quran. Saya memperhatikan dari tadi Syifa sedang duduk terdiam. Wajahnya yang mungil tak mampu menyembunyikan kesedihan. Teman2nya mencoba menghibur tak juga dihiraukan olehnya. Terdengar suara Syifa, 'Kangen.' Semua anak-anak Amalia nampak terdiam. Syifa matanya yang bening itu meneteskan air mata. katanya, Syifa kangen ayah.' Istri saya bingung tidak tahu bagaimana harus menjelaskan tentang ayahnya yang sudah tiada.

Syifa memiliki tiga adik perempuan. Sebulan yang lalu ayahnya meninggal. Ayahnya bekerja sebagai penggali sumur. Syifa adalah anak yang tertua. Kedekatannya dengan ayahnya membuat Syifa tidak mau tidur dirumah. Katanya suka melihat ayahnya di rumah. Air mata Syifa terus mengalir. Kerinduan pada ayahnya begitu teramat dalam. Saya bisa merasakan kerinduan itu. Seperti Hana putri saya yang suka bangun tengah malam sedang mencari ayahnya.

Tak lama kemudian ibunya Syifa datang. Lalu Syifa di gendongnya. Ibunya bercerita bahwa Syifa suka kangen dengan ayah bahkan Syifa pernah bertanya pada Ibunya, 'kenapa ayahnya tidur tidak bangun-bangun?' Mendengar penuturan Ibunya Syifa tak kuasa saya menahan air mata. Anak sekecil itu memiliki rasa kerinduan seorang ayah. Dalam hati saya berdoa untuk Syifa, 'Ya Alloh kuatkanlah hatinya, berikanlah Syifa kemuliaan dalam hidupnya agar kelak Syifa menjadi anak yang sholehah dan tabah dalam menjalani kehidupan'

Ibunya memeluk Syifa erat. Air mata yang mengalir dipipi yang mungil itu diusapnya. Melihatnya terasa perih menggores luka di hati.


Wassalam,

Indahnya Kesulitan

Ada seorang teman mengirimkan email. Bertanya kepada saya, apa makna kesulitan bagi Mas Agus? Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa kesulitan adalah jalan menuju kebahagiaan. Jika kita mampu menyelesaikan setiap kesulitan hidup kita maka kita bisa menemukan kebahagiaan, itulah indahnya sebuah kesulitan, begitu jawab saya kepada teman itu.

Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin mengatakan bahwa setiap kali target ditingkatkan maka jalannya menjadi sulit, kendalanya banyak dan dibutuhkan waktu lebih lama, 'kullama zada al mathlub sho`uba masalikuhu wa katsura `aqabatuhu wa thala zamanuhu.' Jadi tingkat kesulitan berhubungan dengan tingkat target. Jika orang ingin sekedar senang dalam hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justeru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek.

Kita sebagai makhluk yang didesain oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan sempurna, memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan. Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal kita bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati kita bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat kita dinamis mencari dan dengan hawa nafsu kita menjadi tertantang untuk mampu mengendalkan diri.

Kita di satu sisi memang menyukai stabilitas dan kenyamanan hidup, tetapi di sisi lain kita juga menyukai kesulitan. Kita tidak selalu lari dari kesulitan, sebaliknya justeru menantang kesulitan. Jika dalam kehidupan sehari-hari hidup selalu stabil dan nyaman tanpa menjumpai kesulitan, maka dibuatlah stimulasi agar orang menaklukkan kesulitan buatan. Mahasiswa berlomba naik tebing buatan (wall climbing), pembalap mobil mencari medan berlumpur, yang berperahu mengikuti arum jeram, setiap agustusan orang ramai-ramai memanjat pohon pinang yang dilumuri olie, yang sudah punya dua kaki justeru berlomba lari dalam karung. Pokoknya banyak sekali kesulitan yang sengaja dibuat untuk ditaklukkan, mengapa? karena kita memang memiliki tabiat tertantang. Kesulitan buatan pada umumnya hanya melahirkan kesenangan, yakni senang menjadi juara, tetapi belum tentu sampai kepada kebahagiaan. Kesusahan biasanya menambahi kesulitan, tetapi tidak semua kesulitan membuat susah.

Adapun kebahagiaan biasanya merupakan buah dari ketabahan menghadapi kesulitan panjang yang bersifat alamiah dalam kehidupan. Itulah maka hakikat kebahagiaan hidup berumah tangga biasanya baru diperoleh setelah kakek nenek, yakni ketika menyaksikan anak cucu sebagai generasi penerusnya hidup sukses dan terhormat.

Kesulitan juga harus dibedakan antara analisa dan perasaan, antara kesulitan teknis dan merasa sulit. Ada hambatan yang menurut analisa teknis masuk kategori sangat sulit dan berat, tetapi ada orang yang memandangnya ringan-ringan saja. Kenapa? karena ia merasa tertantang untuk dapat menaklukkan kesulitan dan ia menyadari bahwa kesulitan itu merupakan proses mencapai kebahagiaan. Ia tidak merasa berat dan sulit ketika menghadapi kesulitan karena ia selalu membayangkan buah kebahagiaan yang akan dipetiknya, seperti seorang petani yang belepotan lumpur di sawah, ia tidak merasa risih dengan lumpur karena ia membayangkan panennya nanti. Sedangkan merasa sulit merupakan respon psikologis terhadap problem dan perasaan itu berhu bungan dengan tingkat kapasitas kejiwaan yang bersangkutan.

Wassalam,

Nek, Kapan Bapak Pulang?

Pada suatu hari di Rumah Amalia ada kegiatan lomba. kami memberikan hadiah untuk yang bisa hapal doa-doa sehari-hari. 'hayo..siapa yang bisa doa untuk Ibu dan Bapak?' Terdengar suara lantang, 'Allahu akbar.' Dimas mengangkat tangan langsung dan mebacakan doa, 'Allahumaghfirli dhunubi waliwalidaiyyah warhammuma kama robbayani shoghiro...' suaranya terdengar terbata-bata. Nampak mata Dimas memerah.

Doa Dimas begitu tulus dipanjatkan kepada kedua orang tuanya. Disaat itu Dimas memanjatkan doa itu, tepat pada 40 hari ayahnya Dimas meninggal dunia. Sebelumnya Ibunda tercinta terlebih dahulu meninggal dunia ketika melahirkan putra kedua. Sekarang Dimas kelas 2 SD, tinggal bersama neneknya yang tidak bekerja. Dimas senantiasa ceria dan selalu rajin mengaji.

Sewaktu kami ke rumah Dimas, neneknya bertutur, Dimas tidak bisa tidur kalau tidak ada bapaknya. Biasa Dimas suka menunggu bapaknya pulang kerja di depan pintu. Jika terdengar suara motornya Dimas langsung berteriak, 'Mak, bapak pulang..bapak pulang...' Kemudian naik dibelakang motor bapaknya.

Sejak ayah dan ibunya tidak ada, Dimas hanya duduk di depan pintu, sambil bertanya pada neneknya, 'Nek, kapan bapak pulang?'

---
Sabda Nabi SAW, Jika engkau ingin melunakkan hatimu, sentuhlah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin." (HR Ahmad).


Wassalam,

Air Mata Seorang Ayah

Walaupun dirinya seorang ayah, ditengah kesibukkannya mencari nafkah tidak membuatnya melupakan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Godaan sebagai pengawas proyek selalu mampu ditolaknya karena bertentangan dengan nuraninya. Kalaupun menerima sesuatu yang membuat hatinya bimbang, dia tak segan datang ke rumah Amalia untuk berdiskusi dengan saya. Kami sering mendiskusikan bahwa nilai-nilai agama adalah panduan hidup yang baik bagi kehidupan kita. ”Manusia diberikan pilihan hidup sehingga kebahagiaan kita tergantung pilihan hidup kita,” begitu ucapnya.

Sekalipun usianya telah lanjut, keinginannya untuk belajar agama begitu sangat kuat sehingga kami seringkali larut malam bertukar pikiran. Dia sangat menyakini bahwa apa yang dikerjakannya akan mempengaruhi kehidupan keluarganya. Itulah sebabnya mendidik anaknya agar rajin sholat lima waktu, bershodaqoh dan kepekaan sosial terhadap lingkungan sudah ditanamkan sejak dini.

Pernah ada satu peristiwa yang begitu kuat menyadarkan dirinya betapa Maha Besarnya Sang Khaliq. Anaknya yang pertama, teramat dicintainya sakit. Tiba-tiba perutnya mengembung. Anaknya menangis terus menerus. Tanpa berpikir panjang dirinya segera membawa anaknya ke rumah sakit. Sebagai seorang ayah tak kuasa dirinya menahan air mata. Dokter sempat mengatakan kesempatan hidup anaknya tinggal 60% saja. Tim dokter sudah dipersiapkan untuk operasi anaknya. ”Siapa yang mengatur hidup mati kita mas? apakah dokter itu yang mengatur? kok berani-beraninya mereka menyebutkan tinggal 60% hidup anak saya,” begitu tanyanya. Berkali-kali saya mengingatkan untuk berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala namun air matanya tak dapat disembunyikan.

Saya mengajaknya berdoa. Dua malam berturut-turut kami bersama anak-anak Amalia berdoa untuk kesembuhan putranya mampu melewati operasi yang hendak dijalankan. Keesokan harinya operasi itu dilaksanakan. lampu operasi sudah menyala. Sementara seorang anak kecil tergeletak tak berdaya. Sang ayah nampak sangat gelisah. Hilir mudik didepan kamar operasi. Perkataan istrinya sudah tidak digubrisnya lagi. Sang ayah tak henti-hentinya berdoa, ”Bermacam-macam doa sudah saya panjatkan kepada Allah, tak tahu lagi harus apa yang saya lakukan.”begitu ucapnya.

Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari kamar operasi muncul didepan pintu sambil tersenyum kepada sang ayah. ”Bapak, berdasarkan hasil pemeriksaan saya, putra bapak tidak perlu dioperasi,” Sang ayah menganga takjub. Desah nafasnya terasa ringan. Air matanya bercucuran. Syukur alhamdulillah berkali-kali diucapkannya. Pada lantai rumah sakit dibersujud. Sujud syukur sambil menangis tak tertahankan. Alangkah nikmatnya rasanya menerima anugerah Allah justru disaat harapan sudah mulai menipis.begitulah Allah menguji hamba-hambaNya yang beriman. Subhanallah..

--
Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu mereka yang apabila tertimpa musibah mengucapkan, ”Kami berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya (QS 2:155-156).

Wassalam,

2010年2月8日星期一

FACEBOOK+TWITTER
Awalnyan si bingung ap yang di maksud dengan twitter dan saya pun kebingungan tidak bisa mendaftar bahkan otak saya sampai ngebuil,,!!!"
Saya gali lobang tutup lobang otak saya sampai tangan pegal &lemas,,akhirnya saia pun berhasil menemukan cara untuk mendaftar twitter,,,
1.saya masuk d suatu halam yang pasti anda kenal yaitu twitter
2.semua data diri harus lengkap dan benar
3.saya langsung menkonfirmasikan di suatu situs gmail,,,!!!!
4.Saya langsung mengambil keputusan untuk cept2 masuk ke facebook dan ingin masuk ke twitter http://apps.facebook.com/twitter/ "maaf ini hanya untuk pengguna atau yang sudah terdaftar" karna facebook tidak akn menampilkan apapun di twitter,,,,

 
Template designed using TrixTG